Hidup mana pernah sih selalu sesuai dengan yang kita inginkan? Dalam hidup, kita juga tak selalu bahagia, bukan?
Ada kecewa, sedih, marah, gembira, bahagia, semua datang silih berganti dalam hidup kita. Ga mungkin kita berharap bisa bahagia terus. Saat ada sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan kita, adakalanya membuat kita sedih atau kecewa.
Begitupun saya. Selama 31 tahun diberi kesempatan untuk menghirup udara di dunia, saya mengalami semua rasa itu. Kadang saya bisa menangis sesenggukan, marah-marah geje, hehe.. Atau bisa tertawa begitu lepas.
Bicara tentang penyesalan, rasanya wajar ya perasaan menyesal itu kalau pernah kita rasakan. Menyesal mengapa kita tidak lebih dulu, menyesal mengapa kita tidak berusaha lebih baik, menyesal kenapa harus memilih dia, menyesal kenapa harus berhenti, dan lain sebagainya. Bagi saya, menyesal adalah proses yang wajar dan alamiah dirasakan oleh manusia.
Namun, di dalam Islam, perasaan menyesal ini pun ada tuntunannya. Bagaimana dalam hadits Rasulullah pun ada yang menerangkan tentang ini.
“Bersungguh-sungguhlah dalam hal-hal yang bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan kepada Allah (dalam segala urusan), serta janganlah sekali-kali kamu bersikap lemah. Jika kamu tertimpa sesuatu (kegagalan), maka janganlah kamu mengatakan, ‘seandainya aku berbuat demikian, pastilah tidak akan begini atau begitu’. Tetapi katakanlah, ‘ini telah ditakdirkan oleh Allah dan Allah berbuat sesuai dengan apa yang dikehendaki’. Karena sesungguhnya perkataan seandainya akan membuka (pintu) perbuatan setan”. (HR. Muslim no. 2664)
Ternyata, berkata “seandainya aku berbuat demikian, pastilah tidak akan begini atau begitu..” tidak disukai oleh Allah dan Rasulnya, karena dapat membuka pintu perbuatan setan. Kalimat ini pun sama maknanya dengan penyesalan.
Bukan berarti kita tidak boleh menyesal, karena penyesalan adalah sesuatu yang sulit dihindari saat kita terbentur dengan kenyataan hidup yang tidak mengenakkan, hehe… Namun, yang perlu diperhatikan adalah penyesalan yang berkepanjangan, dan menjurus jadi meratapi nasib. Hehe…
Kadang ya… Godaan setan itu luar biasa banget… Bikin diri ga mau bersyukur.. Lupa aja gitu kalau nikamat yang sudah diberi itu jauh lebih banyak dari kesusahan yang kita rasakan.
Jadi, apakah yang saya sesali? Dari sekian banyak pengalaman penyesalan, yang paling bikin kepikiran adalah kenapa saat dulu belum menikah, saya tidak optimal dalam menghapal Alquran. Kenapa nyesel? Iya, soalnya mau menghapal Alquran saat menikah dan punya anak itu tantangannya banyak banget. Waktunya udah ga fleksibel seperti dulu. Hehe.. Itu aja sih. Tapi ga sampai meratapi, yang ada ya saat ini saya ikhtiar lebih keras aja.
Kalau teman-teman, gimana menyikapi penyesalan yang ada?
~ Bersegeralah karena waktu takkan menantimu ~
~ Bergeraklah, karena diam berarti kematian ~
Senang sekali saya pagi-pagi baca ini. Jujur, saya baru tahu ada hadits itu. Terima kasih kak.
Alhamdulillaah kalau bermanfaat… makasi ya sudah berkunjung 🙂
kalau aku sih selalu yakin kalau apapun hasilnya pasti akan ada rencana baik dari Allah. as long as, yang kita lakukan itu benar. jadi, yaa sabar dulu kalau misal belum sesuai dengan apa yang aku pinginin. atau misal, nggak diacc terus sama Allah. yaudah, sabar aja.
iyaa mbak… pasti rencana Allah itu yang paling baik buat kita ya… kuncinya sabar ya 🙂 makasi ya mbaak.. udah reminderin hehe 🙂