Yeaay, alhamdulillah ini postingan pertama di 2019. Doa’akan semoga konsisten ngeblognya yaaa…
Setelah berhasil ikut challenge dari Blogger Perempuan Network di akhir tahun lalu, saya bertekad untuk membenahi diri dalam dunia blog di tahun 2019 ini. Buat postingan yang rutin dan berfaedah, bikin tulisan yang ga hanya sekedar curhat pribadi aja, dan lain-lain. Semoga bisa yaaa…
Nah, setelah berhasil ikut challenge, ternyata saya belum nulis lagi.. Wkwkwk… Apa harus dikasih challenge dulu yak? Bisa iya, bisa ga.
Lebih karena efek liburan aja sih… Daan ini dia, agenda penting yang memang sudah kami rencanakan dari jauh-jauh hari untuk dilakukan di Desember 2018 ini.
Apa itu?
Yap, khitan Umar. Kami sudah sounding ke Umar rencana khitan ini jauh-jauh hari. Mempersiapkan mental Umar, dan tentunya kami sebagai orang tua.
Kenapa harus khitan di 2018? Umur Umar kan masih belum 5 tahun?
Naah..mau flashback sedikit. Hehe.. Jadi, saat lahiran Umar, saya dan suami ga pernah kepikiran untuk mengkhitan anak saat anak masih kecil. Karena yang lazim saya temui, biasannya khitan di usia SD. begitupun suami, beliau dan adiknya dikhitan saat SD. Orang tua kami pun tidak membahas tentang khitan. Apalagi orang tua saya, ga ada pengalaman mengkhitan anak laki-laki. Hehe.. Soalnya saya dan adik satu-satunya, perempuan semua.
Praktis, khitan bukan sesuatu yang urgent menurut kami untuk dilakukan saat anak masih kecil.
Namun, seriring waktu, saya cukup sering mendengar beberapa anak teman saya yang harus dikhitan, ada yang dari bayi, atau usia masih 2 tahun, karena ada keluhan, atau seringkali didahului dengan fimosis. Kalau Umar, alhamdulilah tidak ada keluhan. Jadi, kami masih santai-santai saja. Cuma, akhirnya saya mencari tahu tentang khitan anak, dan fimosis. Dan ternyata, saat ini, dokter merekomendasikan untuk khitan di usia yang masih muda. baru deh, kepikiran…. Hehe…
Itu saat Umar usia 3 tahunan.. Tapi, mau khitan kok maju mundur, karena saya sedang hamil Hilya. Jadi tertundalah khitan sampai Hilya lahir dan udah ga bayi banget. hehe.. Pertimbangannya biar saat Umar khitan, Hilya udah bisa ditinggal sebentar.
Yasudah, berbekal nonton film Upin Ipin episode disunat, mulai deh, ngnobrol-ngobrol sama Umar. Awalnya, Umar ga mau khitan, karena kata Mail, “Macam digigit harimau”. Haha… Ternyata salah juga ya ajak nonton ini. Tapi kami tetap berusaha, untuk ngajak ngobrol, pelan-pelan. Kenapa anak laki-laki itu wajib dikhitan, manfaatnya apa, dll. Akhirnya Umar mau, dan kesepakatan kami di liburan sekolah Desember 2018.
Dari sana, mulai cari-cari info tentang khitan, metodenya apa aja, tempatnya dimana aja, berapa biayanya, berapa lama proses penyembuhannya, dan testimoni teman-teman yang anaknya pernah dikhitan. Alhamdulillah juga di ITBMotherhood cukup banyak thread tentang khitan. Jadi bisa banyak dapet info dari satu sumber. 🙂
Yang kami pilih untuk di survey ada tiga tempat, Klinik Mutiara Cikutra (KMC), Pusat Khitan Sumbawa, dan Seno Medika.
Dari segi metode, di KMC ada metode smart klamp, dan cauter. Di Pusat Khitan Sumbawa ada metode konvensional dan cauter, dan di Seno Medika hanya metode konvensional saja. Untuk penjelasan perbedaan dari tiap metode ini apa aja, bisa di googling ya.. Hehe…
Saya dan suami memilih metode yang pemulihannya relatif cepat. Kenapa? karena Desember itu kan liburan Umar, kakek nenek dari kedua belah pihak juga tenntu pengen liburan sama Umar dan adiknya. Jadi kami bagi-bagi waktu untuk liburan, dan khitan beserta pemulihannya. Hehe.. Setelah banyak bertanya kesana kemari, kami mantap memilih KMC dengan metode smart klamp.
Untuk booking waktu khitan, kita bisa langsung telepon ke KMC, dan memilih tanggal yang kita inginkan. Kalau di awal liburan, jadwal khitan full. Bahkan ada dua sesi. Pagi dan sore, karena peminatnya banyak. hehe.. maklum, musim liburan. 🙂
Alhamdulillah kami memang menjadwalkan khitan di akhir liburan. Sepekan sebelum liburan berakhir. Di hari Senin 31 Desember 2018.
Kami dapat jadwal di jam 06.30 WIB. Ga perlu bawa apa-apa, hanya anaknnya harus sudah sarapan aja. Sampai sana, sudah ada 2 anak yang menunggu juga. Kami antrian terakhir di pagi itu.
Ruang tunggunya nyaman, dan ga bikin stress hehe… Sambil menunggu, kami mengajak Umar untuk buang air kecil dulu. Karena menurut pengalaman beberapa teman, yang paling sulit setelah anak dikhitan adalah mengajaknya untuk buang air kecil. Anak biasanya takut akan sakit, jadi lebih sering menahan buang air kecil.

Disini bisa memilih, apakah khitan saja, atau mau ada foto untuk dokumentasi. Kami sekalian aja tambah foto. Hehe.. Namanya juga sekali seumur hidup ya… hehe… Jadi sebelum masuk ruangan, kami diambil foto terlebih dahulu.
Tibalah giliran Umar…
Hm.. sesungguhnya, yang lebih deg-degan itu umminya hehe… Takut aja gitu kalau liat Umar kesakitan. hehe… emak-emak memang…
Umar ditangani oleh dr. Suby. Saat kami masuk ruangan, dokternya menjelaskan sedikit tentang metode smart klamp, dan mengajak ngobrol Umar terlebih dahulu. Diajarin gimana caranya saat ada sesuatu yang sakit (maksudnya saat disuntikkan anestesi). Saya kebagian memegang tangan Umar, dan mengajaknya ngobrol. Sedangkan suami, bagian melihat detail proses khitannya. Beneran deh, saya ga tega liatnya. Dari awal memang saya bilang ke suami agar ia saja yang masuk ruangan. hehe.. Ternyata kami berdua masuk ruangan. 🙂
Setelah diberi anestesi lokal, menunggu obatnya bekerja sekitar 10 menit, lalu tindakan khitan pun dilakukan. Prosesnya cepat, ga sampai 10 menit. Lalu, Umar dipakaikan celana khitan, dan diberikan mainan. Sebelum pulang, kami diinformasikan tentang perawatan pasca khitan juga perawatan setelah tabung lepas.
Obat anestesinya akan bekerja selam 1 jam. Deg-degan banget menunggu reaksi Umar saat anestesinya hilang. Saat itu kami pulang, tapi mampir dulu untuk membeli Tobot Giga Seven. hehe.. karena Umar ingin hadiah ini. Sebelum satu jam, saya memberikan Umar obat pereda nyeri, agar nyerinya tidak terlalu berat saat efek anestesinya hilang.
Ketika efek anestesinya hilang, Umar mulai meringis, dan jalan pun sudah tidak biasa lagi, karena sakit. Di mobil, saya berusaha menenangkan Umar. Memegang erat tangannya setiap ia merasa kesakitan. Tidak lama, Umar pun tertidur, lalu saya mencari Tobot dulu, baru pulang.
Sesampainya di rumah, Umar terbangun, dan mulai merasa kesakitan. Umar pun berbaring. Sambil umminya ga lepas dari sisi Umar. Hehe..
Dan benar saja, sangat sulit untuk mengajak Umar buang air kecil. Sakit, katanya. Abinya yang membujuknya terus. Alhamdulillah saat itu abinya masih libur, dan keesokan harinya masih libur. Selama abinya libur, Umar ke kamar mandi sama abinya. Soalnya umminya masih ga tega liatnya. Hehe. Pertama kali Umar buang air kecil, ia menangis. Duuh, nangisnya tuh bikin umminya sedih banget.. Kasian liatnya… apalagi sambil bilang, “Sakit, Ummi… sakit…”... Ga lama, umminya yang berurai air mata, deh.
Hari kedua, meskipun masih susah untuk mengajak Umar ke kamar mandi, namun Umar sudah terlihat lebih bisa menerima. Hehe.. Sudah mau lebih banyak duduk.

Hari ketiga, mau ga mau Umminya yang menemani Umar ke kamar mandi, karena abinya sudah masuk kantor. Alhamdulillah bisa terlewati juga.
Satu hari sebelum kontrol di hari Sabtu, baru mulai perawatan. Harus ditetesi baby oil sesering mungkin, anak harus berendam selama 2 kali, dan melepas penjepit berwarna putihnya. Sebelumnya, tidak ada perawatan khusus, bahkan sudah boleh kena air dan mandi seperti biasa.
Keesokan paginya sebelum kontrol, alhamdulillah tabung transparannya sudah lepas sendiri. Awalnya Umar takut banget kalau saat tabungnya dilepas di klinik, akan terasa sakit.
Saat kontrol, alhamdulillah semua sudah bagus. Kami juga mendapatkan informasi mengenai hal-hal yang mungkin terjadi pasca lepas tabungnya. Dan bisa ambil foto deh hehe… Oh iya, total kami habis sekitar 1,3 jutaan untuk khitan disini. 🙂
Kontrol di hari Sabtu, berarti 5 hari pasca khitan, Alhamdulillah Umar sudah bisa berjalan banyak, meskipun belum seperti biasa, mungkin masih kagok dan masih ada nyeri-nyeri yang timbul sedikit-sedikit.
Hari Ahadnya, bahkan Umar sudah ikut abinya lari di sport Jabar.. Umar sendiri yang bilang pengen ngalahin abi lari. Wkwkwk… Umminya yang deg-degan terus, dan selalu cerewet, kalau sakit, bilang yaa… Heuheu.. Habis masih ngilu gitu liatnya.. Walaupun anaknya alhamdulillah udah enjoy banget. Padahal belum 1 pekan pas ya… 🙂

Hari Seninnya harusnya masuk sekolah, tapi, kami memutuskan Umar di rumah dulu. Hehe. Baru hari ini deh Umar sekolah lagi. Alhamdulillah semua baik-baik, dan semoga ke depan pun akan baik juga…
Jadi, testimoninya gimana? Alhamdulillah sejauh ini sih puas ya… Saat saya tanya suami, kalau nanti ada anak laki-laki, khitan di KMC lagi? Suami dengan mantap menjawab iya. Hehe…
Oh iya, tiap anak pasti beda-beda ya reaksinya setelah khitan, dengan metode apapun. Jadi, tipsnya, selain menyiapkan mental anak, ortu pun harus menyiapkan mental untuk lebih bersabar, dan tahan banting hehe… ✌
Alhamdulillah, salah satu kewajiban kami sebagai orang tua, sudah tertunaikan. Baarakallaahu fiik abang Umar… Semoga kian shalih dan menjadi muslim taat ya… 🙂

~ Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu ~
~ Bergeraklah, karena diam berarti kematian ~