Apa yang ada dalam pikiran dan bayangan teman-teman, saat mendengat kata “mudik”?
Ada yang membayangkan tradisi tahunan yang terjadi di Indonesia, membayangkan tiket transportasi darat, laut dan udara bisa habis dipesan bahkan jauh sebelum bulan Ramadan tiba, orang-orang yang memadati stasiun, terminal, bandara, dan pelabuhan, kemacetan lalu lintas, dan masih banyak lagi.
Ya, bagi kita, hal-hal diatas adalah sesuatu yang berhubungan dengan mudik. Silaturahim saat mudik di hari raya merupakan momen yang sangat dinantikan. Semua begitu bersemangat menyambutnya. Termasuk pemerintah, yang biasanya menjelang mudik, infrastruktur diperbaiki.
Bicara tentang mudik, waktu kecil dulu, tujuan mudik kami adalah ke Jakarta. Hehe. Disaat orang-orang justru meninggalkan Jakarta untuk mudik, saya dan orangtua beserta adik pergi ke Jakarta. Jalanan Jakarta tentu saja lengang.
Semua saudara kami, baik dari pihak ayah maupun ibu, berada di Jakarta. Kakak tertua dari ayah dan ibu, ada di Jakarta. Hanya sedikit saudara yang masih tinggal di Bukittinggi (saudara ibu), atau di Sidoarjo (saudara ayah). Sebenarnya, kakak dari pihak ibu masih ada di Bukittinggi, namun kami tidak pernah mudik kesana. Alasannya, tentu saja karena biaya mudik ke Bukittinggi yang besar, apalagi untuk kami berempat. Jadi, biasanya kalau ada hal mendesak dan mengharuskan ke Bukittinggi, biasanya hanya ibu yang berangkat. Sampai ketika kakek beberapa kali sakit, lalu akhirnya wafat, itu juga hanya ibu yang pulang.
Sementara nenek dari pihak ayah,kadang beliau di Bandung atau di Jakarta, dan pada saat beliau sakit, beliau ada di tempat kakak ayah yang tinggal di Demak. Nah, saat nenek sakit stroke inilah, baru tujuan mudik kami bergeser ke Demak. Selama lima tahun beliau sakit, kami beberapa kali mudik ke Demak.
Oh iya, dulu, saat nenek sehat, kami pernah sekali saja, berhari raya di tanah kelahiran ayah di Sidoarjo. Saya mengalami macet yang luar biasa seperti yang sering diberitakan di televisi. Selama enam jam, mobil kami berhenti sama sekali karena macet panjang. Macet total. Bagi saya, itu pengalaman yang tak terlupakan. Jalur Pantura memang padat sekali saat momen mudik lebaran. Harus kuat banget yang nyetir. Hehe. Saya sih belum sanggup.
Setelah nenek tidak ada, kami kembali mudik ke Jakarta. Hehe. Kemudian, saya menikah dan jalur mudik pun berubah hehe. Karena rumah orangtua dan mertua saya sama-sama di Bandung, seperti tempat kami tinggal, jadi peta mudik ya hanya di Bandung.
Tapi, biasanya kami juga pergi ke Lampung. Nah, setelah menikah ini, baru deh, perjalanan saya bergeser ke pulau Sumatera. Di Lampung, ada kakak tertua dari ibu mertua, dan adik ibu saya. Walaupun sebenarnya mertua saya berasal dari Bukittinggi, namun sempat pindah juga ke Lampung.
Saya mudik ke Bukittinggi baru di tahun 2016 lalu. Berhari raya disana. Melihat bagaimana tradisi masyarakat Minang dalam menyambut hari raya. Kami pergi menggunakan mobil pribadi. Tapi, buat kami, mungkin ke depan kalau mudik ke Bukittinggi, kami akan memilih jalur udara saja. Bukan apa-apa, meskipun jalanan lancar, tidak macet seperti Pantura, tapi perjalanannya jauh sekali, dan lumayan membuat pegal-pegal badan. Hehe. Sayangnya, tiket pesawat domestik sekarang mahal luar biasa. Jadi tahun ini pun, kami memilih Lampung sebagai tempat yang akan dikunjungi setelah hari raya.
Lampung ini bagi saya tempat yang memuaskan untuk mudik dan liburan. Anak-anak bisa bermain di pantainya yang banyak, tempatnya juga tidak terlalu jauh dari rumah tempat kami menginap, aneka hewan lautnya yang segar, dan ada kuliner khas yang sayang untuk dilewatkan. Ada bakso Sonny, ada pempek, kripik pisang coklat, kemplang, dan hidangan hewan laut yang super banget deh. 🙂
Mudik memang menyenangkan, bisa bertemu dengan kerabat dan saudara yang dirindu, bisa saling berkunjung, dan masih banyak lagi. Beberapa tips yang dilakukan sebelum mudik :
- Jika menggunakan kendaraan umum, maka pastikan tiket sudah dibeli jauh-jauh hari. Karena biasanya tiket mudik akan cepat habis, atau jika kita membeli tiket di dekat-dekat lebaran, harganya lebih mahal.
- Jika menggunakan kendaraan pribadi, persiapkan kendaraan agar dalam kondisi prima untuk melakukan perjalanan jarak jauh.
- Persiapkan bekal selama di perjalanan, agar saat dibutuhkan di perjalanan, kita tidak perlu sulit mencarinya.
- Jika membawa anak kecil atau balita, bahkan bayi, persiapkan kebutuhannya dengan baik. Termasuk hal-hal kecil.
- Membawa uang secukupnya. Jangan terlalu berlebihan, karena akan mengundang kejahatan.
- Berdoa agar perjalanan mudik lancar dan selamat sampai tujuan.
Nah, kalau teman-teman, biasa mudik kemana? Atau kalau tidak mudik, biasanya pergi kemana saja untuk menghabiskan waktu libur hari raya? 🙂
~ Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu ~
~ Bergeraklah, karena diam berarti kematian ~