Assalaamu’alaikum…
Sudah empat purnama tidak menulis disini. Setelah melahirkan, banyak adaptasi yang dilakukan. Bahkan hingga adaptasi pikiran dan perubahan rencana. Belum berani bermimpi terlalu jauh saat ini. Okelah, bahasan tentang mimpi, lain kali aja ya…
Balik lagi nulis disini, pas banget dengan momen tahun baru Islam, 1 Muharram 1442 Hijriah. selamat tahun baru Islam semuanya! 🙂
Momen tahun baru, terutama tahun baru Masehi, biasanya identik dengan resolusi dan juga perayaan. Benar atau benar? 🙂 Meskipun tahun baru Islam tidak sepopuler tahun baru Masehi, namun biasanya ada juga yang merayakan tahun baru Islam sesuai dengan adat dan kebiasaan yang berlaku di daerahnya. Ada juga yang mengadakan acara berupa pengajian di lingkungan masing-masing. Nah, di masa pandemi seperti ini, perayaan atau kegiatan yang melibatkan kerumunan massa dibatasi. Sehingga praktis lebih sepi juga ya dari tahun-tahun sebelumnya.
Ketika mendengar “Tahun baru Islam”, biasanya apa sih yang terlintas dalam benak? Kalau saya pribadi, yang pertama terlintas adalah hijrah. Lalu dalam kepala sibuk mengingat momen hijrah yang terjadi di masa Rassulullah SAW. dan sepertinya, hijrah ini juga yang sering dijadikan tagline saat mengadakan acara di 1 Muharam.
Hijrah…
Membawa saya pada kerinduan terhadap sosok rassulullah SAW. Mungkin bagi saya, hijrah selalu bermakna tentang perjuangan diri untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. hijrah pada kondisi ketaatan yang lebihh pada Allah. Namun bagi Rasulullah dan para sahabat kala itu, momen hijrah adalah momen yang mempertaruhkan segalanya. Keluarga, harta, bahkan jiwa. Ternyata semua karena kecintaan dan ketaatan pada Allah.
Ada banyak hal yang saya pikirkan di tahun baru ini. Tentang bagaimana saya harus mengejar ketertinggalan saya dengan teman-teman, tentang bagaimana saya ingin bangkit untuk menata mimpi dan msa depan, juga tentang usia yang semakin hari semakin berkurang jatah di dunia.
Apakah ini tentang resolusi? Sedihnya, saat ini saya merasa tidak memiliki energi untuk membuat resolusi yang fantastis seperti sebelum-sebelumnya. Hehehe. Saya harus berhenti sejenak saat ini, untuk memaknai kembali langkah-langkah yang sudah maupun yang akan saya ambil di kemudian hari.
Disadari atau tidak, momen hijrah selalu hadir pada setiap diri manusia. Dan bagi saya, di tahun ini, semoga mendekat kepada Allah menjadi jalan ninjaku, eh menjadi jalan hijrahku. Karena kita takkan menjadi apa-apa saat Allah meninggalkan kita.
Berbenahlah wahai diri, masih banyak lubang-lubang yang tersemat
Hingga Allah sampaikan kita pada suatu masa menghadapNya
Dengan kondisi terbaik
~ Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu ~
~ Bergeraklah, karena diam berarti kematian ~